Pada buku pedoman penanggulangan pasien yang terdahulu, seseorang yang terinfeksi HIV/AIDS akan diberikan obat ARV (Anti retroviral) jika nilai CD4 nya mencapai angka 200. Tapi dalam buku pedoman penanggulangan pasien yang baru, orang yang terinfeksi HIV akan diberikan ARV jika angka CD4 nya mencapai 350.
"Sekarang kita pakai patokan angka CD4 350 yang artinya pengobatan itu diberikan lebih awal atau lebih dini daripada sebelumnya," ujar Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes, Prof dr Tjandra yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE disela-sela acara launching hasil Survei Terpadu Biologis dan Perilaku 2011 di Gedung Kemenkes, Jakarta, Kamis (1/12/2011).
Prof Tjandra menuturkan angka CD4 yang dimiliki oleh seseorang awalnya tinggi, tapi jika orang tersebut semakin lama semakin sakit maka secara otomatis angka CD4 nya akan menurun.
"Tentu ini memerlukan dampak logistik yang lebih besar, tapi memang sejauh ini pemerintah memberikan obat ARV kepada semua penderita AIDS yang memang memerlukan obat ARV," ujar Prof Tjandra.
Nilai CD4 menunjukkan nilai imunitas/kekebalan/daya tahan tubuh yang diindikasikan oleh sel T dalam darah. Jika nilai CD4 semakin kecil maka orang tersebut akan semakin berisiki terkena infeksi oportunistik.
Kemungkinan infeksi yang bisa dialami oleh ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) di Indonesia adalah tuberkulosis (tb), infeksi jamur, toksoplasma, cryptococcosis, infeksi mata CMV dan ko-infeksi virus hepatitis.
Untuk itu ada beberapa prinsip dalam penatalaksanaan untuk HIV/AIDS yaitu dengan mengonsumsi obat antiretroviral (ARV), pengobatan infeksi oportunistik yang dimiliki serta pengobatan dasar.
Sedangkan pengobatan suportif yang bisa dilakukan adalah memperbaiki keadaan umum ODHA, memperhatikan gizi, dukungan psikososial serta obat simtomatik sehingga ODHA bisa melakukan aktivitasnya.
sumber :http://www.detikhealth.com/read/2011/12/01/134636/1780143/763/pemberian-obat-hiv-aids-kini-dilakukan-lebih-dini?l1102755
Tidak ada komentar:
Posting Komentar